Saturday, July 8, 2017

8 Days to Kyoto, Nara, Osaka + Perincian Budget (Day 1)

Kali ini saya mau share pengalaman dan rincian pengeluaran trip saya ke daerah Kansai, Jepang bulan Juni yang lalu. Berhubung domisili saya sekarang bukan di Jakarta, jadi untuk tiket pesawat gak saya masukkan ke dalam rincian pengeluarannya ya, hehe

HARI PERTAMA


Pagi hari, saya mendarat di Kansai International Airport, Osaka. Saya langsung menuju counter Kansai Tourist Information Center buat beli "Osaka Amazing Pass". Osaka Amazing Pass ini ada 2 macam, 1 Day Pass (2500 yen) dan 2 Day Pass (3300 yen). Saya beli yang 1 Day Pass. Pass ini gunanya adalah kita bisa masuk gratis ke 35 tempat wisata di Osaka dan juga bisa buat naik subway gratis (tapi cuma line tertentu aja).

Terus, saya menuju stasiun kereta yang letaknya di luar gedung terminal bandara dan langsung menuju ke JR Ticket Office. Di sini, saya beli paket "ICOCA & Haruka". ICOCA adalah IC Card yang bisa dipake buat kereta JR, subway, bus, convenience store, dll, sedangkan Haruka adalah nama kereta limited express yang menghubungkan Kansai Airport dengan kota-kota di daerah Kansai (Osaka, Kyoto, Kobe, Nara). Tiket Haruka yang saya beli adalah tiket one-way dari Kansai Airport menuju Kyoto. Paket ICOCA & Haruka menuju Kyoto ini harganya 3600 yen, di dalam ICOCA udah ada saldo 2000 yen.

Abis beli tiket, saya langsung menuju platform kereta dan nunggu kereta Haruka tujuan Kyoto. Biar gak salah antri, kita bisa tanya petugas yang jaga di deket platform.

Kira-kira 1 setengah jam naik kereta, akhirnya saya sampai di Kyoto Station. Saya langsung cari makan dan ternyata makanan di sini lumayan mahal. Setelah keliling-keliling, akhirnya saya ketemu 1 underground mall di Kyoto Station yang namanya Porta Underground Shopping Mall. Saya beli paket burger, kentang, minum seharga 690 yen.

Keluar dari Porta Underground Shopping Mall, saya menuju Bus Information Center buat beli Kyoto City Bus One-Day Pass (500 yen) sebanyak 2 lembar, buat saya pake besok dan lusa. Di hari pertama, saya gak pake Bus Pass ini karena emang saya cuma berencana buat naik bus 1 kali. Di Kyoto, 1 kali naik bus harganya 230 yen.




Setiap hari saya naik bus di Kyoto pasti nyasar. Di Google Maps memang ada tulisan kita harus naik bus nomor berapa dari bus stop mana sampai ke bus stop mana, tapi ternyata di Kyoto itu, 1 bus stop bisa punya banyak anak. Misalnya di Kyoto Station. Nama bus stopnya adalah Kyoto Ekimae. Bus stop Kyoto Ekimae ini dibagi jadi bus stop A, bus stop B, bus stop C, bus stop D, dan bus stop-bus stop ini masih dibagi lagi jadi A1, A2, A3 dan seterusnya. Masih untung "anak-anak" bus stop di Kyoto Ekimae ini letaknya lumayan dekat satu sama lain. Di tempat-tempat lain, "anak-anak" bus stop ini bisa letaknya jauh-jauhan dan susah ditemuin (apalagi buat orang yang buta peta kaya saya), sampe-sampe kita harus belok-belok dan nyebrang jalan beberapa kali. Sampai sekarang saya masih gak ngerti cara kerja bus di Kyoto, jadi kemarin saya survive dengan cara nanya-nanya ke orang lokal dan supir bus.. /miris/

Dari Kyoto Station (Kyoto Ekimae), saya naik bus menuju apartemen yang udah saya booking lewat booking.com. Namanya Kyonoya Senteur Goshohigashi. Harganya 5000 yen semalam, dan karena saya share sama teman saya, jadi satu orang kena 2500 yen per malam. Saya stay di sini 3 malam. Apartemennya gak terlalu besar tapi nyaman banget, bener-bener recommended. Di sini juga ada mesin cuci dan kompor. Bus stop yang paling dekat dari sini adalah Furitsu Idai Byouin, stasiun kereta yang paling dekat adalah Demachiyanagi. Gak seperti bus, jalur kereta di Kyoto gampang banget buat dimengerti.

Sore, saya menuju Fushimi Inari Shrine. Saya naik kereta ke Fushimi-inari Station (Keihan Line tujuan Yodoyabashi) terus jalan kaki ke kuilnya. Di tengah jalan, saya coba Tofu Ice Cream seharga 300 yen. Uniknya adalah es krimnya pas dibalik gak tumpah. Di es krimnya memang berasa ada rasa tahunya, tapi menurut saya rasanya biasa aja.



Karena saya sampai di Fushimi Inari Shrine udah sore, jadi gak terlalu banyak pengunjung. Tapi, kalau udah agak gelap begini, jadi agak susah buat ambil foto yang bagus. Ciri khas kuil ini tentunya adalah torii gate-nya. Katanya, ada sekitar 5000 torii gate di sini. Sebenernya kuil ini letaknya di gunung. Kalau kita jalan terus ngikutin mountain trail-nya, sekitar 30-45 menit kita bisa sampai ke spot di mana kita bisa liat pemandangan kota Kyoto. Tapi saya gak jalan karena udah gelap hehe.




Dari Fushimi-inari Station, saya naik kereta ke Gion-shijo Station (Keihan Line tujuan Demachiyanagi). Daerah Shijo ini adalah pusat kotanya Kyoto. Banyak department store, restoran, dan toko-toko. Di sini kita juga bisa temuin musisi-musisi jalanan dan street artist. 

Saya dinner di Torikizoku. Torikizoku ini adalah salah satu chain restaurant yang jual yakitori (sejenis sate ayam) dan bir. Semua makanan di sini harganya 298 yen per porsi. Kalau pesan yakitori, 1 porsinya bisa ada 2-3 tusuk. Selain yakitori, restoran ini juga jual daging sapi dan babi. Ada juga kamameshi (kettle rice) yang satu porsinya bisa untuk ngenyangin 2 orang. Menurut saya, makanan di sini terlalu asin kalau gak dimakan sama nasi. Saya dan teman saya pesan 6 porsi makanan, jadi total makan kami berdua adalah 1788 yen.



Selesai keliling-keliling Shijo, saya balik ke apartemen. Dari Gion-shijo Station, naik kereta ke Demachiyanagi (Keihan Line tujuan Demachiyanagi).

Total Pengeluaran Hari Pertama (PER ORANG)
Osaka Amazing Pass (1 Day Pass): 2500 yen
ICOCA + HARUKA (one-way ticket to Kyoto): 3600 yen
Lunch at Lotteria: 690 yen
Kyoto City One-day Bus Pass (for 2 days): 1000 yen
Tofu Ice Cream: 300 yen
Dinner at Torikizoku: 894 yen

Pre-paid
Apartment (3 nights): 7500 yen

TOTAL: 16,484 yen = Rp 1.978.080 (kurs 1 JPY = 120 IDR) 

Friday, July 1, 2016

Ngegembel di Jepang: TOKYO DAY 2 - Edo-Tokyo Museum, Akihabara, Ginza

Hello~ Kali ini postnya ga bakal panjang-panjang karena saya males (lol)

Itinerary saya buat hari kedua:
1. Kameido Shrine
2. Edo-Tokyo Museum
3. Ryogoku Kokugikan
4. Akihabara
5. Tokyo Station
6. Yurakucho
7. Ginza

Karena itinerary ini bener-bener padet, terus saya jalannya kesiangan, jadi ada beberapa tempat yang saya ga jadi pergi. Saya cuma ke Edo-Tokyo Museum, Akihabara sama Ginza.

Dari pertengahan bulan April sampai awal Mei, di Kameido Shrine ada wisteria festival. Wisteria itu bunga berwarna ungu yang ngegantung gitu. Saya ga bisa jelasinnya, liat aja fotonya di google ya haha. Saya pikir karena besok-besok saya bakal ngeliat bunga di tempat lain, akhirnya saya skip tempat ini (dan saya menyesal~). 

Begitu keluar apartemen, saya jalan dulu ke Lawson buat beli tiket museum Fujiko F Fujio. Belinya itu di mesin yang namanya Loppi. Mesin ini pake bahasa Jepang, jadi perhatikanlah tutorial ini baik-baik~ http://l-tike.com/fujiko-m/english/ Ntar bakal keluar kupon dari mesin itu, terus kita bawa kupon itu ke kasir buat bayar. 700 yen buat anak sekolahan, 1000 yen buat dewasa. Kasir di Lawson ini lucu karena dia ngomong bahasa tubuh begitu tau saya orang luar haha.

Dari Lawson, saya jalan ke Ohanajaya Station. Pas di jalan ketemu sama anjing poodle super unyu ini >< Di Tokyo banyak banyak banyak banget orang yang punya anjing. Anjingnya lucu-lucu dan terawat semua, dan ga jarang anjing yang kecil-kecil dibawa dalam keranjang bayi. Pemilik poodle ini bapak-bapak business man yang bisa bahasa Inggris. Dia cerita kalau dia pernah ke Jakarta buat business trip dan tiba-tiba ngomong "Terima kasih" pake bahasa Indonesia haha.


Dari Ohanajaya, saya langsung pergi ke Ryogoku Station dan jalan ke Edo-Tokyo Museum. Biaya masuknya 300 yen buat anak sekolahan, 600 yen buat dewasa. Tadinya saya pikir museum bakal ngebosenin, tapi ternyata perkiraan saya salah. Museum ini KEREN banget. Pokoknya must-visit deh kalo ke Tokyo. Isinya kurang lebih tentang Tokyo pas dulu masih bernama Edo, banyak miniatur bangunan dan replika alat-alat yang dipakai di zaman Edo. 



Fotonya ga terlalu bagus karena pake action cam

Pas agak siang, di panggung itu ada show. Shownya adalah menggunting kertas HVS menjadi suatu bentuk. Kertasnya itu putih polos, tanpa pola/garis apapun. Jadi, si penggunting kertas ini tanya ke penonton tentang bentuk apa yang mau dibuat, terus dalam kira-kira 1 menit, dia bakal gunting kertas sesuai bentuk yang penonton minta, misalnya bentuk kelinci, koinobori, atau bahkan omikoshi. Tangannya udah pro banget pokoknya haha.

Abis dari museum, saya menskip Ryogoku Kokugikan (karena males jalannya dan ga terlalu tertarik dengan sumo), terus langsung pergi ke Akihabara.

 

Seperti yang orang-orang udah tau, Akihabara (atau Akiba) ini adalah pusat elektronik sekaligus surga bagi para wibu penggemar anime, manga, dan game. Karena lapar dan masih penasaran sama Denny's, akhirnya hal yang pertama saya lakukan adalah cari Denny's dan untungnya ketemu, ga nyasar-nyasar kaya kemarin. Letaknya agak pojokan dan kayanya ga ada turis yang dateng ke daerah sini. Karena jam makan siang, mau makan pun waiting list. Entah kenapa manager di sini ramah ke orang Jepang tapi ga begitu ramah pas ngelayanin saya T_T Saya pesen demitama hamburg yang isinya hamburg, telur setengah mateng, kentang, sayur, dan cream soup. Harganya 800 yen. Ternyata rasanya......biasa aja, di bawah ekspektasi saya. Tapi porsinya sangat besar dan bikin saya kenyang banget.


Selesai makan, saya masuk ke toko-toko anime yang kebanyakan jual figure-figure mahal. Saya juga masuk ke game station. Di Akiba ini, Sega ada di mana-mana. Saya masuk ke Sega yang ada di deket stasiun Akiba. Di dalamnya cuma ada mesin UFO Catcher yang isinya anime goods dan bahkan figure. Di sini Love Live dan Osomatsu sangat menjamur. Saya juga coba masuk ke Club Sega yang ada di deket Matsumoto Kiyoshi Akiba. Club Sega ini terdiri dari beberapa lantai. Ada lantai khusus UFO Catcher, ada yang khusus video game, ada yang khusus arcade game, dll. Di lantai arcade game, ada mesin Project Diva sama maimai. Mesin maimai di sini adalah maimai pink, beda dengan mesin yang ada di Indonesia. Mainnya juga agak mahal (100 yen), di Jakarta aja cuma 6000 -_-.    

Oh ya, di deket stasiun Akiba ada toko kue namanya Pablo. Pablo ini ngejual rare cheese tart yang ENAK banget. Ini cheesecake terenak yang pernah saya makan seumur hidup saya. Ada 3 rasa: original, coklat, green tea. Harga satunya adalah 230 yen. Pokoknya MUST TRY!


Next, saya ke Kanda Myojin Shrine. Saya kira kuil ini ada di Akiba, ternyata jalannya agak jauh dari Akiba, sekitar 15-20 menit. Kanda Myojin Shrine biasa disebut sebagai kuilnya para otaku. Di anime Love Live, si Nozomi ceritanya kerja di kuil ini. Yang bikin saya kaget adalah kuil ini sangat bernuansa Love Live udah kaya tempat ngewibu aja. Ema (papan kayu buat tulis doa/keinginan) di sini hampir semuanya bergambar karakter Love Live. Bahkan di dalem kuil ini ada yang jual barang-barang Love Live. Ada juga mesin gacha yang salah satu hadiahnya adalah miniatur ema bergambar Nozomi.  


Dari Kanda Shrine, saya jalan balik lagi ke Akiba, sambil mampir dulu di Akihabara Gachapon Kaikan. Toko ini isinya mesin gacha semua, mulai dari gacha-gacha anime, sampai gacha-gacha yang ga normal pun ada. Yang saya inget di sini adalah ada gacha yang isinya celana dalem untuk botol minum. 

Tempat berikutnya adalah Don Quijote (atau Donki). Donki ini udah terkenal sebagai tempat belanja murah dan cabangnya ada di mana-mana. Barang-barang dan snack aneh juga banyak di sini. Khusus di Donki cabang Akiba, ada lantai yang isinya barang-barang cosplay semua. Belanja di Donki juga tax free kalau udah mencapai pembelian minimal 5000 yen. Selain tempat belanja, di dalem gedung Donki juga ada maid cafe yang namanya @home maid cafe. Maidnya cute-cute, masuknya ga terlalu mahal (anak sekolahan 400 yen, dewasa 600 yen), dan mereka welcome sama foreigner http://www.cafe-athome.com/en/
Tapi sayangnya saya ga masuk ke dalem karena yang lain ga ada yang mau (T_T)
Lantai 8 Donki Akiba, tak lain tak bukan adalah teater AKB48~ Makanya pas naik eskalator di Donki, pinggirannya semua adalah foto-foto AKB48 haha

Setelah puas belanja, saya jalan ke stasiun. Tadinya saya mau ke Tokyo Station buat belanja snack, tapi ga jadi karena udah kesorean dan kemarin udah belanja snack di Ameyoko. Saya juga ga jadi pergi ke Yurakucho. Yurakucho ini daerah yang terkenal buat makan yakitori, letaknya deket Ginza.

Akhirnya saya langsung pergi ke Ginza. UNIQLO terbesar ada di Ginza. Saya kira barang-barang di UNIQLO sini bakal murah, ternyata ga murah-murah amat. Kalo di UNIQLO Jakarta kan biasanya setiap pegawai UNIQLO yang kita temuin bakal selalu nyapa "Selamat datang di UNIQLO" atau "Welcome to UNIQLO", kalo di sini jarang ada pegawai yang muter-muter. UNIQLO ini ada 12 lantai dan di tiap lantai UNIQLO ada meja kasir....kira-kira 5 kasir tiap lantai.

Setelah dari UNIQLO, saya ke GU. GU ini kaya sister companynya UNIQLO, tapi barang-barangnya lebih murah, apalagi saya datengnya pas lagi golden week sale. Untuk baju, harganya sekitar 500-1000 yen-an dan sepatu 2000 yen-an. Seperti toko-toko lain, di sini juga tax free. Kalo mau borong baju murah dan bagus, wajib dateng ke GU!

Abis dari GU saya langsung balik ke Ohanajaya, terus beli inari sushi deket stasiun. Karena udah lewat jam 8, harganya jadi diskon 50%. Kalo ga salah saya bayar 140 yen buat 5 potong inari sushi.


Pengeluaran hari kedua (ga termasuk jajan dan belanja)

Tiket Fujiko F Fujio Museum -> JPY700
Tiket Edo-Tokyo Museum -> JPY300
Makan di Denny's -> JPY800
Makan sushi -> JPY140

TOTAL -> JPY1,940

Sekian post saya kali ini, maaf kalo bahasanya berantakan, see you next post~

Previous post:
-Preparation to Japan http://meidianabcde.blogspot.co.id/2016/05/preparation-to-japannn.html
-Tokyo D-1 & DAY 1 (part 1) http://meidianabcde.blogspot.co.id/2016/05/japan-d-1-day-1-part-1-ngegembel-di.html

Thursday, June 2, 2016

Ngegembel di Jepang: TOKYO DAY 1 (part 2) - Asakusa, Ueno, Ikebukuro

Di pesawat cuma bisa tidur 4 jem, pagi-pagi udah nyasar, bawa tas berat, geret-geret koper gede ke mana-mana, udah lelah jiwa dan raga, rasanya nyampe apartemen pengen langsung istirahat. Tapi karena sayang waktu, abis taro koper dan ambil portable wi-fi, tanpa mandi saya langsung jalan lagi.

Itinerary saya buat hari ini:
1. Asakusa
-  Tobu Sightseeing Center
- Asakusa Culture Tourist Center
- Kaminarimon
- Nakamise Street
- Sensoji Temple
2. Ueno
- Ameyoko
- Ueno Park
3. Ikebukuro
- Nishiguchi Park
- Bic Camera
- Otome Road
- Sunshine City

Sebelum ke stasiun Ohanajaya, saya mampir dulu ke Sevel. Ini pertama kalinya saya masuk konbini (convenience store) di Jepang. Saya ambil es Gari Gari-Kun. Pas bayar, saya sambil ngobrol-ngobrol sama mama saya pake bahasa Indonesia. Udah jelas banget ya saya bukan orang sana, tapi kasirnya kemudian nyerocos dengan konbini keigo-nya (bahasa Jepang formal yang selalu dipake sama kasir konbini). Dan ternyata bukan cuma di Sevel ini, di semua konbini yang saya datengin, kasirnya selalu ngomong pake konbini keigo, udah kaya afalan yang wajib diomongin ke setiap tamu. Bahkan waktu di Family Mart, tantenya temen saya mau bayar dan ga sadar kalo dia salah kasih uang, kasir itu tau kalo si tante ini foreigner tapi kasir itu tetep lanjut ngomong pake bahasa Jepang. Yang lebih lucu lagi adalah waktu saya ke Lawson. Pas bayar, saya juga lagi ngobrol sama temen saya pake bahasa Indonesia. Begitu kasir itu sadar kalo kita foreigner, dia langsung diem dan ngomong pake bahasa tubuh..



Percakapan sama kasir konbini biasanya kaya gini
M= Saya
K= Kasir

K: "Irasshaimase" (Selamat datang) atau "Douzo" (Silakan) atau "Tsugi no okyakusama" (Pelanggan berikutnya, silakan)
M: *samperin* *kasih barang belanjaan*
K: "XXX-en ni narimasu" (Totalnya XXX yen)
M: *liat angka di mesin kasir* *taro uang di wadah yang udah disediain*
K: "XXX-en kara oazukarishimasu" (Uang Anda XXX yen) atau "XXX-en de yoroshikatta deshou ka?" (Apakah tidak apa-apa pakai uang XXX yen?) *tunjukin uang yang barusan saya kasih*
M: "Hai"
K:  "XXX-en no otsuri ni narimasu" atau "XXX-en no okaeshi ni narimasu" (Kembaliannya XXX yen)

Kadang juga ditanyain
K: "Fukuro ni iremasuka?" (Perlu plastik ga?) atau "Kono mama daijoubu desu ka?" (Kaya gini aja, ga diplastikin gapapa?)

Saya suka berasa lucu liat kasir di Jepang kalo kasih uang kembalian, karena mereka bukan langsung kasih uangnya gitu ke kita. Susah saya jelasin, kalo penasaran baca artikel ini aja ya haha http://www.japantoday.com/category/lifestyle/view/the-art-of-giving-and-receiving-change-in-japan

Oke balik ke cerita awal.

Abis dari Sevel, saya ke stasiun Ohanajaya terus pergi ke Asakusa. Di stasiun Asakusa, saya cari-cari Tobu Sightseeing Service Center tapi kok ga ketemu-ketemu. Akhirnya saya masuk ke department store yang ada di dalam stasiun itu, terus tanya ke salah 1 staff yang lagi jaga booth make up. Dia ga tau Sightseeing Center itu di mana, terus dia tinggalin boothnya dan pergi nanya kasir di department store itu, padahal booth itu cuma dia sendirian yang jaga.. Saya ikutin dia ke kasir, terus ketemu sama staff yang tau letak Sightseeing Center-nya. Staff itu temenin saya buat jalan ke tempat tujuan saya. Orang di sini baik-baik sekali ;~;

Sampailah saya di Tobu Sightseeing Service Center. Saya ke sini buat beli Kinugawa Theme Park Pass. Kinugawa Theme Park Pass itu pass yang terdiri dari tiket kereta PP dari Tokyo ke Nikko (stasiun Kinugawa-onsen), tiket buat masuk ke theme park yang ada di Nikko (Edo Wonderland/Tobu World), dan tiket bus dari stasiun Kinugawa-onsen ke theme park tadi. Saya beli pass itu buat hari keempat saya di Jepang karena saya pengen banget pergi ke Edo Wonderland. Staff Sightseeing Center itu jelasin ke saya tentang detail keretanya naik dari peron mana, jadwal keretanya jam berapa aja, jadwal busnya jam berapa aja, dll dan untungnya staff ini bisa bahasa Inggris....

Abis beli Kinugawa Pass, saya lanjut buat jelajahin Asakusa. Saya nyalain portable wi-fi, buka Google Map, tapi ternyata Google Map-nya ngaco. Posisi yang ditunjukin di Google Map ga sesuai sama posisi saya sebenernya. Akhirnya saya coba keluar aja dari stasiun, ternyata udah keliatan Shin-Nakamise Street. 

Kira-kira begini gambarannya, biar saya gampang ceritainnya.

Dari Shin-Nakamise Street, saya jalan ke Nakamise Street dan begitu nyampe, langsung mengalami mental breakdown hahahaha.. Orang Jepang, turis-turis dari luar (saya juga ketemu orang-orang Indonesia), semuanya berduyun-duyun jalan dari Kaminarimon ke Sensoji. Ramenya bukan main. Rasanya itu kaya lagi jalan-jalan di event Ennichisai di Blok M, cuma Nakamise ini jauh lebih parah. Mungkin emang bener kata orang, kalo Asakusa ini tourist trap. Pada detik ini saya sangat menyesal kenapa saya pergi ke Jepang pas Golden Week. 

Karena saya ada di deket Shin-Nakamise, saya harus jalan lawan arus ke Kaminarimon, mantap. Setelah jalan desek-desekan, senggal-senggol sana-sini akhirnya sampe juga. Sangking ramenya di sini, saya mau foto aja susah banget. Udah susah-susah foto, kamera yang saya pake buat foto malah kecemplung, hiks (kejadian ini akan diceritakan nanti T__T). Dari Kaminarimon ini keliatan gedung Asakusa Culture Tourist Center, tapi karena saya males nyebrang jalan, akhirnya ga jadi pergi ke sana. 

Abis foto di Kaminarimon, saya jalan ke Sensoji lewat Nakamise Street. Nakamise Street ini terkenal sama jajanan tradisionalnya. Menurut research saya sih, jajanan tradisional yang enak di sini ada banyak: kibidango, melonpan, ningyoyaki, agemanju, senbei, dll. Saya liat ada antrian mengular di salah 1 toko yang jual kibidango. Saya coba ikut ngantri, terus beli kibidango sama matcha-nya. Saya makan di depan toko itu, terus kasir toko itu manggil saya dan saya kira dia suru saya minggir, makanya saya minggir. Pas saya udah ke pinggir, kasir toko itu manggil saya lagi, terus dia ngomong pake bahasa Inggris,"Cannot eat here" sambil nunjuk-nunjuk ke belakang dengan tergesa-gesa. Ternyata di belakang toko itu ada tempat buat duduk dan makan. Saya baru tau kalo kita ga boleh makan di jalanan.. Kibidango-nya rasanya biasa aja sih, kaya kenyel kenyel gitu terus dikasih bubuk kacang. Buat harga 330 yen, not worth it. Matcha-nya sendiri lumayan enak, beda sama matcha yang biasa saya minum.

Saya lanjut jalan ke Nakamise Street, terus saya berenti bentar buat motret jalanannya. Tiba-tiba nenek-nenek yang lagi jaga di salah 1 toko nepuk-nepuk saya. Saya kira dia mau suruh saya beli dagangannya. Ternyata dia ngira saya motret barang dagangannya dia, trus dia suruh apus itu foto. Ngomongnya nadanya ga enak pula. Trus saya tunjukin aja kamera saya, kalo barusan yang saya foto itu lautan manusia di Nakamise, bukan dagangannya, ke-geeran banget -_- Selain jajanan, di Nakamise juga banyak toko yang jual souvenir mahal.

Akhirnya saya sampe di Sensoji.

Gerbang depan Sensoji Temple


Foto yang tadi itu satu-satunya foto saya di Asakusa. Foto-foto yang lain ada di kamera yang kecemplung itu.. Di sekitar Sensoji Temple, kaya kuil-kuil pada umumnya, ada tempat buat taro hio, tempat buat coba omikuji (kaya fortune telling gitu), tempat air buat menyucikan diri. Dalem kuilnya pun rame banget, apalagi waktu itu lagi ada ritual.

Saya ga lama-lama di Sensoji. Begitu liat-liat bentar, langsung keluar terus cari tempat duduk. Cape banget jalan-jalan di antara kerumunan orang. Dari Sensoji, saya buka Google Map buat cari jalan ke Kamejuu. Kamejuu ini toko makanan yang ada di sebrang Kaminarimon, deket Asakusa Culture Tourist Center. Saya tau toko ini dari youtuber "Sharla in Japan" haha. 

Di Kamejuu, yang paling terkenal adalah dorayaki-nya. Begitu nyampe, penjaga tokonya teriak-teriak, "kalo mau beli dorayaki harus ngantri di ujung". Saya jalan agak jauh dari toko itu, terus ketemu penjaga yang pegang gambar dorayaki. Saya tanya ke penjaganya, "Ini antrian buat beli dorayaki-nya Kamejuu bukan?" Dia bilang, "Iya, tapi ngantrinya sekitar 1 jam-an." Hahaha males banget...

Karena ga jadi beli dorayaki, saya akhirnya cari stasiun buat pergi ke Ueno. Di sinilah tragedi nyasar-menyasar (untuk yang kedua kalinya) dimulai. Saya masuk ke stasiun Asakusa. Walaupun namanya sama-sama stasiun Asakusa, stasiun ini beda gedung sama stasiun yang pertama saya nyampe tadi. Stasiun yang pertama saya nyampe itu punyanya perusahaan Tobu, sedangkan sekarang saya lagi ada di stasiunnya perusahaan Tokyo Metro. Terus saya cek screenshot-an Hyperdia di HP saya, saya harus berangkat dari stasiun ASAKUSA (TOBU/SUBWAY). Saya pikir saya harus balik ke stasiun tempat pertama saya nyampe tadi, jadi di stasiun Asakusa Tokyo Metro, saya cari peta buat pergi ke stasiun Asakusa Tobu. Abis baca peta, saya langsung sok tau, terus jalan nyari stasiun Asakusa Tobu. Muter-muter, ga ketemu juga itu stasiun. Akhirnya saya masuk lagi ke stasiun Tokyo Metro, saya tanya petugas stasiun di situ, terus dia nunjukin jalan ke stasiun Tobu. Pas saya coba jalan lagi, di jalan juga udah tanya orang lagi, tetep aja ga ketemu itu stasiun. Di sepanjang jalan, banyak mas-mas jepun yang nawarin buat naik rickshaw (kaya becak, tapi ditarik orang, bukan dikayuh pake sepeda). Dan akhirnya, untuk yang ketiga kalinya, saya balik lagi masuk ke stasiun Tokyo Metro. Kali ini saya tanya ke petugas stasiun, "Kalo mau ke Ueno mesti dari mana?" Petugas stasiun itu bilang, "Dari sini." Terus saya tap Suica saya, masuk ke kereta, dan di kereta saya cek lagi screenshot-an di HP saya. Pada saat itu juga saya merasa sangat bodoh karena saya baru sadar kalo tulisan di HP saya itu kaya gini.

Jelas-jelas ada tulisan "Tokyo Metro".....

Dan saya juga baru sadar, kalo Tokyo Metro = Subway, karena keretanya kereta bawah tanah. Kalo kereta-kereta perusahaan lain mirip kaya commuter line, keretanya di atas tanah.

Akhirnya saya nyampe di Ueno. Saya jalan lewatin toko-toko, terus nyampe di Ameyoko. Ameyoko ini rame banget, tapi ga serame Nakamise. Ameyoko ini kaya pasar, di pinggir jalan ada banyak yang jual ikan-ikanan yang masih seger, ada banyak restoran kebab halal, ada banyak izakaya (tempat makan yakitori/sate ayam dan minum bir), ada banyak toko sepatu, dll. Tujuan saya ke Ameyoko adalah buat cari toko sepatu yang namanya "Tokyo Kutsu Ryutsu Senta" sama toko snack "Niki no Kashi". Menurut rocketnews24 (web yang biasa saya baca buat cari info tentang Jepang), sepatu di Tokyo Kutsu Ryutsu Senta murah-murah, banyak sepatu yang harganya di bawah 1000 yen. 3 kali bolak balik jalanan Ameyoko, ga ketemu-ketemu juga toko sepatu ini. Akhirnya saya nyerah, terus pas muter-muter, tiba-tiba ketemu toko Niki no Kashi. Di sini saya borong Kracie Poppin Cookin, Kit Kat, Pocky, Umaibo, Kaki no Tane, Kinoko no Yama, dll. Kalo kita belanja lebih dari 5,000 yen, kita bisa dapet tax free. Syaratnya, kita harus bawa paspor. Nanti belanjaan kita bakal masuk ke tax free bag yang ga boleh kita buka selama kita di Jepang, sampe Indonesia baru boleh dibuka.

Abis belanja, saya jalan ke Ueno Park. Di sinilah kamera saya kecemplung. Saya masukin kamera saya di kantong celana, pas ke toilet di sini, terjadi hal yang tidak diinginkan.. Begitu jatoh, saya langsung ambil kameranya. Kamera saya langsung ga bisa dinyalain. 

Ngomong-ngomong soal toilet, kalo di Jepang, biasanya di dalem toiletnya ga ada tong sampah. Saya bingung dong mau buang tisu di mana. Akhirnya saya bawa tisunya keluar toilet. Di luar toilet ada 2 tong sampah gede, tulisannya "Moeru gomi" (sampah yang bisa dibakar) sama "Moenai gomi" (sampah yang ga bisa dibakar). Tisu kan bisa dibakar, jadi saya buka tong sampah yang "Moeru gomi", terus saya bingung kenapa ga ada sampah tisu sama sekali di sana. Saya sama temen saya sampe diliatin bapak-bapak yang lagi duduk deket situ.. Setelah kejadian ini, saya baru tau kalo tisu toilet di Jepang itu harusnya dibuang ke kloset karena emang bahannya bisa ancur, beda sama tisu toilet di Indonesia.

Ueno Park ini tamannya gede banget. Di dalemnya ada kuil-kuil, kolam, museum, kebun binatang, dll. Tapi karena saya ga lama-lama di sini, saya cuma sempet liat kuilnya doang. Udah cape juga, ga kuat kalo disuru keliling taman ini haha.

Dari Ueno Park untungnya keliatan stasiun Ueno. Saya mau naik kereta ke Ikebukuro. Dari Ueno ke Ikebukuro, saya harus naik JR Yamanote Line (Inner Loop) jurusan Osaki. Nah, saya ga tau itu Inner Loop apaan, makanya saya langsung asal naik aja kereta yang ke Osaki. Pas di kereta, saya bingung kenapa kereta yang saya naikin tuh jalannya ga ke arah Ikebukuro. Saya tanya ke salah 1 penumpang di kereta. Baru juga ngomong, "Sumimasen..", langsung dijawab, "No, no." Sedih, hiks. Jadinya, saya turun di stasiun Akihabara. Terus saya perhatiin pelang yang ada di stasiun Akihabara. Walaupun kereta JR Yamanote Line jurusannya sama-sama ke Osaki, ada yang arahnya ke Ikebukuro & Shinjuku & Shibuya, ada yang arahnya ke Tokyo Station & Shinagawa. Ternyata jalur kereta Yamanote Line ini bentuknya lingkaran, makanya jurusannya bisa sama tapi beda arah.

*Maaf kalo cerita tentang kereta-perkeretaan ini kurang jelas, karena saya juga bingung nyusun kalimatnya haha

Akhir kata, saya nyampe di Ikebukuro. Sangking gedenya stasiun Ikebukuro, cari pintu keluar aja susahnya setengah mati. Alasan utama saya mau ke Ikebukuro, tak lain tak bukan adalah karena Durarara. Durarara itu anime favorit saya sepanjang masa, yang latar belakang ceritanya adalah kota Ikebukuro. Di Ikebukuro, di itinerary saya, saya tulis mau makan di Denny's (chain restaurant yang terkenal sama hamburg-nya). Di sinilah tragedi nyasar menyasar (untuk yang ketiga kalinya) dimulai.

Saya buka Google Map buat cari jalan ke Denny's. Begitu jalan udah rada jauh, saya baru nyadar kalo posisi saya di Google Map itu ngaco. Terus, saya balik lagi ke depan stasiun Ikebukuro. Saya masuk ke koban (police box) yang ada di deket situ. Saya tanya arah ke Denny's. Polisi itu ga tau, dia sampe buka-buka buku telepon, cari alamatnya Denny's. Terus dia suruh saya pake smartphone saya buat masukin alamatnya. Terus saya bilang kalo Google Map saya ngaco. Akhirnya dia cuma tunjukin jalan ke daerah Higashi-ikebukuro, terus dia bilang, "Di sana ada police box lagi. Coba tanya polisi yang ada di sana."

Karena saya udah nyasar-nyasaran sekitar 1 jam, dan 3 orang yang pergi bareng saya sudah lelah, akhirnya kita makan di Matsuya. Saya baca review di internet, katanya Matsuya lebih enak daripada Yoshinoya. Pas masuk ke Matsuya, saya pilih makanan dan bayar dulu di vending machine-nya. Ntar vending machine itu bakal keluarin kupon makanan pesenan kita. Kupon itu ntar kita kasih ke staff Matsuya, terus kita duduk dan tunggu makanannya dianter. Pas saya cobain, rasa gyudon-nya sama aja kaya Yoshinoya, ga lebih enak.

Oh ya, kalo di Tokyo, di chain restaurant biasanya selalu disediain air putih gratis di meja kita, jadi kita ga perlu beli minum lagi. Biasanya juga ada tempat duduk buat orang-orang yang makan sendirian, karena di Tokyo emang banyak orang yang makan sendiri di restoran, apalagi orang-orang yang abis pulang kerja. Coba aja di Jakarta ada tempat duduk kaya gitu, kan enak jadinya ga awkward.

Dari Matsuya, saya jalan buat cari Otome Road. Abis makan, rasa cape saya udah berkurang dan otak saya udah makin jalan. Saya buka Google Map lagi, tapi kali ini saya coba baca petanya, ga usah show direction/start navigation. (Harusnya dari tadi saya kaya gini aja biar ga nyasar -_-) Akhirnya saya nemu itu jalan. Saya masuk ke animate dan bahagianya bukan main... Animate di Ikebukuro ini flagship store, tingginya 8 lantai. Di sini rame, kalo mau naik lift aja harus ngantri. Ada lantai yang khusus majalah, ada yang khusus manga, ada yang khusus doujin, ada yang khusus figure, ada yang khusus official goods, dll. Di sini sih saya cuma cuci mata aja, walaupun sebenernya pengen borong semua..



Barang Osomatsu lagi booming banget

Cloth hanger & pin

Plushie

Figure & nendoroid

Manga

Popcorn...

Gacha

Akhirnya saya cuma puter gacha Durarara dan dapet Celty.


Karena cuma saya sendiri yang demen anime, saya jadi ga bisa lama-lama juga di animate. Sebenernya sih saya pengen masuk ke toko-toko anime lain di sepanjang Otome Road, hiks. Saya lanjut jalan ke Sunshine City. Sunshine City ini mall yang isinya ada akuarium, observatorium, Namja Town (theme park makanan), J World (theme park anime-nya JUMP), dan Pokemon Center. Sebenernya saya ga ada maksud apa-apa dateng ke sini, saya cuma penasaran aja karena Sunshine City sering muncul di anime Durarara. Akhirnya saya cuma masuk ke Pokemon Center-nya aja. Banyak boneka pokemon yang lucu-lucu, tapi harganya juga lucu....

Overall saya suka atmosfir(?)-nya Ikebukuro. Ikebukuro ini kaya perpaduan kota anime dan kota fashion. Banyak anak muda stylish yang nongkrong di sini. Kalo mau berburu ikemen, dateng aja ke Ikebukuro :p

Di post ini saya ga bisa banyak upload foto karena selain kamera saya kecemplung, tangan saya sibuk megangin action cam. Tadinya saya mau bikin vlog tapi males, jadilah rekaman yang kacau seperti ini



Buat yang mau ke Jepang tapi di apartemen ga disediain pocket wi-fi atau ga mau nyewa pocket wi-fi, bisa coba pake b-mobile VISITOR SIM. SIM Card ini ga bisa buat telepon/SMS, cuma bisa buat internet (unlimited). Harganya 2,380 yen, aktif buat 14 hari. Tapi pastiin dulu Supported Device-nya, cocok ga sama HP kita.
More info -> http://www.bmobile.ne.jp/english/

Pengeluaran hari pertama (ga termasuk jajan dan belanja)

Beli & isi Suica -> JPY10,000
Beli Kinugawa Theme Park Pass -> JPY6,180
Makan di Matsuya -> JPY320

TOTAL -> JPY16,500

Sekian post saya kali ini, maaf kalo bahasanya berantakan, see you next post~

Previous post:
-Preparation to Japan http://meidianabcde.blogspot.co.id/2016/05/preparation-to-japannn.html
-Tokyo D-1 & DAY 1 (part 1) http://meidianabcde.blogspot.co.id/2016/05/japan-d-1-day-1-part-1-ngegembel-di.html







Tuesday, May 31, 2016

Ngegembel di Jepang: TOKYO D-1 & DAY 1 (part 1)

1 minggu sebelum pergi, saya udah sibuk riset sana-sini, bikin itinerary. Saya bikin sampe detail banget dan itinerary itu bener-bener padet. Namun ternyata semua tidak berjalan sesuai rencana....

H-1 jalan-jalan biasanya saya excited sampe ga bisa tidur. Tapi kali ini saya ga excited sama sekali. Di hari H, pas udah sampe di airport Soetta, pas uda di pesawat, bahkan pas keesokan harinya pas sampe di Narita, saya masih ga excited sama sekali. Di kereta saya pikir, "mungkin gara-gara Narita daerah pinggiran jadi belum kerasa suasana kota Tokyo. Entar kalo uda sampe Tokyo mungkin gw lebih excited." Pas udah sampe di Tokyo pun, ternyata saya ga berasa ada di Jepang.. Semua orang sering puji Jepang, bilang Jepang enak, ekspektasi saya tentang Tokyo lumayan tinggi. Tapi ternyata first impression saya tentang Tokyo ini kurang bagus, bahkan pada hari pertama ini juga, saya sempet ngomong ke temen saya, "Gw ga mau ke Tokyo lagi seumur hidup gw." Padahal Jepang ini bener-bener negara impian saya, Tokyo itu keliatannya kaya surga bagi saya, dan saya tau suatu saat saya PASTI ke Tokyo lagi gara-gara jurusan kuliah saya sastra Jepang haha

Ini cerita saya H-1 ke Jepang dan hari pertama di Jepang.

Pesawat saya berangkat jam 8 dari Soetta ke Denpasar. Saya pesawat tengah malem, untungnya ga usah ambil-ambil bagasi. Jalan dari terminal domestik ke internasional di Ngurah Rai ternyata lumayan jauh dan jalannya sepiiiiiii banget, saya ga ketemu orang sama sekali di jalanan itu. Saya hampir kira kalau saya salah jalan. Begitu sampe di terminal internasional, saya ngantri imigrasi. Ternyata tengah malem gini imigrasi juga rame, banyak banget turis dari menlen. Keesokan pagi, saya sampe di Narita, saya lewat imigrasi terus ambil bagasi.

Sebelum imigrasi, ada orang yang ngarahin, terus dia tanya saya dari mana, begitu saya bilang Indonesia, dia langsung bilang, "Selamat pagi". Nah begitu sampe di imigrasi, saya kira saya bakal ditanya macem-macem karena saya pake visa waiver, ternyata ga ditanya apapun, cuma difoto dan discan jari aja. Dan yang paling penting adalah petugas imigrasinya IKEMEN (cowo ganteng) dan dia senyum ;____;

Oke lanjut ehem.

Abis itu, saya ambil bagasi dan lewatin customs. Banyak banget orang jepun yang pulang bawa surfboard. FYI, bagasi dari Indonesia ke Jepang dan sebaliknya, naik Garuda, 1 orang dapet 46 kg, tapi 1 koper maksimal 30 kg. Tapi tips dari saya, kalo bukan ikut tour/naik taxi, jangan bawa koper berat-berat/gede-gede karena itu akan sangat menyiksa......

Keluar dari customs, di terminal 1 langsung ada eskalator ke bawah buat ke stasiun. Di stasiun, saya datengin kantor JR (yang pelangnya warna ijo) terus saya bikin kartu Suica (semacem Flazz gitu buat naik kereta di Jepang). Ntar ditanya mau bikin yang isinya berapa. Saya bikin yang 10,000 yen (isinya 9,500 yen, 500 yen-nya deposit). Bisa bayangin ga, isi Flazz sampe 1 jutaan? Percayalah, transport umum di Jepang itu mahal....


Penampakan kartu Suica

Kalo udah punya Suica, udah enak deh pokoknya. Ke mana-mana tinggal tap-tap aja, ga usah beli tiket satuan lagi. Tapnya pas masuk sama pas keluar stasiun, kaya KRL commuter line. 

Abis dapet Suica, saya masuk ke Keisei Line, naik kereta sesuai rute yang udah saya dapet dari Hyperdia. Di stasiun Keisei biasanya ada free wi-fi, tapi harus registrasi dulu. Kalo ga mau ribet registrasi, sebelum berangkat ke Jepang, download dulu aplikasi TRAVEL JAPAN Wi-Fi di Playstore. Ntar kalo ada spot wi-fi gratis, kita bisa langsung connect-in pake aplikasi itu.

Peringatan: Rute kereta di Tokyo itu AMAT SANGAT TERAMAT MEMUSINGKAN buat first-timer kaya saya! Kereta di Seoul aja ga sepusing ini. Pokoknya sebelum berangkat ke Jepang, WAJIB screenshot-in dulu rute-rute kereta dari Hyperdia, terus simpen di HP, buat jaga-jaga kalo ga ketemu internet. Kalo kita buka Hyperdia kan banyak pilihan rute tuh, screenshot aja yang paling murah. Pokoknya Hyperdia bener-bener penyelamat jiwa dan raga.

Kenapa rute kereta di Jepang memusingkan? Coba aja liat dulu nih petanya.


Source: meik.jp

Pusing kan? Kalo mau liat peta yang versi bahasa Inggrisnya, download aplikasi Japan Travel dari NAVITIME di Playstore, karena saya ga ketemu peta lengkap yang versi bahasa Inggris di google. 

Perusahaan kereta di Tokyo itu ada banyak banyak banyak banget: JR, Tokyu, Tobu, Seibu, Keio, Odakyu, Keisei, Keikyu, Tsukuba, Tokyo Metro. Di 1 stasiun yang sama, bisa ada banyak perusahaan kereta (misalnya di stasiun Akihabara, ada JR, Tokyo Metro, sama Tsukuba) dan udah pasti banyak line. Kalo pindah line doang, kita ga perlu tap ulang Suica. Tapi, kalo pindah perusahaan kereta, kita perlu tap ulang Suica, bahkan kadang kita perlu keluar dari stasiun karena stasiunnya terpisah.

Ngeliatin peta itu, nyari stasiun asal sama stasiun tujuan aja udah susah, apalagi ngeliatin pindah-pindah line sama pindah-pindah perusahaan kereta. Makanya biar nyasarnya ga terlalu parah, saya saranin banget buat cari rute di Hyperdia.

Hyperdia: dari Narita ke Ohanajaya

Apartemen saya letaknya deket stasiun Ohanajaya. Saya ikutin rute kedua. Di Narita, saya masuk ke stasiunnya Keisei, cari kereta Sky Access Exp yang ke arah Keisei-Ueno. Karena kereta Sky Access Exp itu ga berenti di Ohanajaya, saya transit di Keisei-Takasago, terus cari kereta Line Local yang ke arah Keisei-Ueno, terus berenti di Ohanajaya. Gimana cara tau jenis kereta itu kereta Exp apa Local? Di peron, ada papan pengumuman kereta dateng jam berapa, jenisnya apa, ke arah mana. Terus ntar kalo keretanya udah dateng, di keretanya juga ada tulisan keretanya jenis apa dan ke arah mana.

First impression saya tentang kereta Jepang: sangat tepat waktu. Kalo tulisannya kereta jalan jam 08.03, ya pokoknya jam 08.03 bener-bener jalan, bahkan pas jam 08.02 bisa-bisa pintunya udah ditutup. Rasanya naik kereta ini bener-bener kaya lagi naik commuter line (emang setau saya, beberapa kereta commuter line asalnya dari Jepang sih, dari perusahaan JR). Yang saya tau, salah satu etika naik kereta di Jepang adalah diem dan ga berisik. Tapi ternyata ada juga yang ngobrol-ngobrol. FYI, yang wajib dilakuin kalo naik kereta Jepang adalah silent HP dan jangan angkat telepon di dalem kereta, karena peraturan ini ditempel di kaca kereta. Saya kira priority seat di kereta Jepang bakal kosong, cuma didudukin sama orang-orang yang berkebutuhan (kaya priority seat di Korea), tapi ternyata banyak juga anak muda yang duduk di priority seat. Pas saya sama temen saya duduk di bangku biasa, kita sempet beberapa kali tawarin orang tua buat duduk, tapi mereka nolak, cuma ngomong daijoubu daijoubu - Gapapa. Giliran ada orang turun dan bangku kosong, mereka langsung duduk. Mungkin mereka ga enakan kalo ambil bangku orang ato gimana saya ga ngerti haha. 

Akhirnya saya nyampe juga di Ohanajaya. Daerah ini ada di antara Narita dan pusat kota Tokyo, jadi masih rada jauh kalo saya mau main ke pusat kota. Saya ikutin petunjuk jalan yang dikasih host saya buat pergi dari stasiun Ohanajaya ke apartemennya. Begitu jalan jalan jalan, akhirnya saya bingung mesti jalan ke mana lagi.. Udah ga ada internet, petunjuk jalannya saya kurang ngerti, mana lagi ribet-ribetnya bawa koper, mampus sudah. Saya berenti di taman deket stasiun dan akhirnya memberanikan diri buat nanya orang. Ada kakek-kakek lagi duduk, begitu saya samperin langsung buang muka. Akhirnya saya samperin bapak-bapak yang lagi jagain 2 cucunya main sepeda di taman.


Taman deket Ohanajaya Station

M= Saya
B= Si Bapak

M: "Sumimasen, kore wa doko desu ka?" (Maaf, ini di mana?) *sambil nunjukin alamat apartemen sama petunjuk yang dikasih host saya*
B: *ngomong sendiri gara-gara ga tau itu alamat di mana dan bingung juga sama petunjuknya*
B: "Japanese?" 
M: "No." *tadinya saya pikir dia nanya saya orang Jepang apa bukan jadi saya jawab no, tapi kayanya dia nanya saya bisa bahasa Jepang apa engga*
B: "Isshoni kite. Together." (Ayo bareng saya) 

Terus bapak-bapak itu temenin saya sampe ke Seven Eleven (kalo di Jepang, ngomong Seven Eleven itu Sebun bukan Sevel) sambil bawa cucu-cucunya sama istrinya. Karena ribet bawa koper dan ribet pergi rame-rame, saya sama temen tinggalin koper saya depan Sevel (dijagain sama mama saya sama tantenya temen saya), terus istri sama cucu bapak itu disuruh nunggu juga depan Sevel. Saya sama temen saya ikutin bapak itu muter-muter cari alamat apartemennya. Apartemen host saya nomor rumahnya nomor 19. Setiap lewat 1 rumah, bapak itu coba buat sebut nomor rumah yang dilewatin itu pake bahasa Inggris walaupun dia kurang bisa. Karena ga enak hati sama dia, akhirnya saya ajak ngomong dia pake bahasa Jepang yang gampang..

M: "Koko kara chikai desu ne?" (Dari sini deket ya?)
B: "Chikai, chikai, blablabla" (Deket, deket)

Akhirnya ketemu juga apartemennya! Dari situ, saya sama temen saya sama bapak itu langsung balik ke depan Sevel. Langsung saya ngomong doumo arigatou gozaimasu sebanyak-banyaknya.. Istrinya bapak itu tanya kita mau ngapain ke sini. Saya bilang jalan-jalan. Kayanya emang jarang banget sih foreigner yang dateng ke daerah Ohanajaya. Terus dia kaya bilang selamat bersenang-senang gitu. 

Kira-kira beginilah penampakan apartemennya.


Semua foto itu saya ambil pas lagi duduk di ruang tamu (yang ada TV-nya). Kebayang kan seberapa kecil apartemennya? Tapi walaupun kecil, apartemen ini pewe banget, sayang aja letaknya jauh dari pusat kota. Ada 2 kamar tidur yang isinya masing-masing 2 ranjang. Terus ada dapur dan segala peralatan masaknya, toilet (ya iyalah), shower, bathtub, mesin cuci, portable wi-fi. Portable wi-fi ini boleh kita bawa keluar apartemen. Lumayan, jadi ga usah sewa-sewa lagi. Yang harus diperhatiin kalo nginep di apartemen orang adalah baca house rulesnya.

Sekian dulu curhatan saya karena saya sudah lelah hahahah see you next post!

Previous post:
-Preparation to Japan http://meidianabcde.blogspot.co.id/2016/05/preparation-to-japannn.html